Kisah Adipati Unus, Paman Ratu Kalinyamat yang Pernah Pimpin Jepara
Faqih Mansur Hidayat
Kamis, 10 Maret 2022 18:12:09
MURIANEWS, Jepara – Adipati Unus, pernah memimpin dan membawa kejayaan Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah. Paman Ratu Kalinyamat itu, menguasai Jepara pada 1507 Masehi lalu.
Keberanian dan kecerdasannya membawa Jepara dalam kemakmuran, pada waktu itu. Keberaniannya pun menurun ke Ratu Kalinyamat, yang juga pernah memimpin Jepara.
Itu diungkap dalam laporan hasil penelitian berjudul Ratu Kalinyamat Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549-1579, karya Yayasan Dharma Bhakti Lestari.
Baca juga: Jepara Pernah Jadi Pusat Perdagangan di Masa Ratu KalinyamatDalam laporan itu menyebutkan, Adipati Unus terkenal sebagai pedagang dan pelaut yang pemberani. Di bawah kekuasaannya, Jepara berkembang menjadi kota pelabuhan yang besar dan menjadi salah satu pusat perdagangan di Pantai Utara Jawa (Cortesao, 1944:184; Hayati, 2007: 12).
Adipati Unus juga dapat menguasai Lawai dan Tanjung Pura di Kalimantan, Bangka, dan pulau-pulau lainnya. Bersama dengan Demak,
Jepara digunakan sebagai gudang beras dan memiliki jumlah armada perang serta pasukan pemberani yang memadai.
Seorang sejarawan, Ricklefs (1991) menyebutkan Jepara merupakan pelabuhan yang memegang peranan penting di Pantai Utara Jawa hingga Jawa Barat.
Seorang sejarawan, Ricklefs (1991) menyebutkan Jepara merupakan pelabuhan yang memegang peranan penting di Pantai Utara Jawa hingga Jawa Barat.Meski, pada 1511 M, Portugis menguasai Malaka, kondisi itu tidak menyurutkan niat Adipati Unus yang ditopang Raden Patah, Sultan Demak untuk menyerang Malaka.Sebelumnya, Demak sudah mempunyai rencana masuk Malaka. Untuk mempermudah armada perangnya, Adipati Unus menjalin hubungan dan bersekutu dengan Sultan Mahmud Syah di Malaka yang telah dikalahkan Portugis.Serangan Adipati Unus terhadap Portugis terjadi tahun 1512-1513 M mengalami kegagalan. Dari 400 perahu yang dikerahkan dalam ekspedisi itu, hanya sekitar delapan buah kapal yang kembali ke
Jepara.Penyerangan ini berakhir dengan kehancuran Jepara, baik secara militer maupun ekonomi (Tome Pires: 2018: 227. Cortesao, 1994: 186; Hayati, dkk, 2007: 12-13). Reporter: Faqih Mansur HidayatEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_277335" align="alignleft" width="1280"]

Ilustrasi Malaka (MURIANEWS/Historia.id)[/caption]
MURIANEWS, Jepara – Adipati Unus, pernah memimpin dan membawa kejayaan Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah. Paman Ratu Kalinyamat itu, menguasai Jepara pada 1507 Masehi lalu.
Keberanian dan kecerdasannya membawa Jepara dalam kemakmuran, pada waktu itu. Keberaniannya pun menurun ke Ratu Kalinyamat, yang juga pernah memimpin Jepara.
Itu diungkap dalam laporan hasil penelitian berjudul Ratu Kalinyamat Perempuan Perintis Antikolonialisme 1549-1579, karya Yayasan Dharma Bhakti Lestari.
Baca juga: Jepara Pernah Jadi Pusat Perdagangan di Masa Ratu Kalinyamat
Dalam laporan itu menyebutkan, Adipati Unus terkenal sebagai pedagang dan pelaut yang pemberani. Di bawah kekuasaannya, Jepara berkembang menjadi kota pelabuhan yang besar dan menjadi salah satu pusat perdagangan di Pantai Utara Jawa (Cortesao, 1944:184; Hayati, 2007: 12).
Adipati Unus juga dapat menguasai Lawai dan Tanjung Pura di Kalimantan, Bangka, dan pulau-pulau lainnya. Bersama dengan Demak,
Jepara digunakan sebagai gudang beras dan memiliki jumlah armada perang serta pasukan pemberani yang memadai.
Seorang sejarawan, Ricklefs (1991) menyebutkan Jepara merupakan pelabuhan yang memegang peranan penting di Pantai Utara Jawa hingga Jawa Barat.
Meski, pada 1511 M, Portugis menguasai Malaka, kondisi itu tidak menyurutkan niat Adipati Unus yang ditopang Raden Patah, Sultan Demak untuk menyerang Malaka.
Sebelumnya, Demak sudah mempunyai rencana masuk Malaka. Untuk mempermudah armada perangnya, Adipati Unus menjalin hubungan dan bersekutu dengan Sultan Mahmud Syah di Malaka yang telah dikalahkan Portugis.
Serangan Adipati Unus terhadap Portugis terjadi tahun 1512-1513 M mengalami kegagalan. Dari 400 perahu yang dikerahkan dalam ekspedisi itu, hanya sekitar delapan buah kapal yang kembali ke
Jepara.
Penyerangan ini berakhir dengan kehancuran Jepara, baik secara militer maupun ekonomi (Tome Pires: 2018: 227. Cortesao, 1994: 186; Hayati, dkk, 2007: 12-13).
Reporter: Faqih Mansur Hidayat
Editor: Zulkifli Fahmi