Jumat, 21 November 2025


MURIANEWS, Jakarta - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengungkap hantu kejahatan siber. Bahkan, hantu-hantu atau penjahat siber itu tetap bergentayangan hingga masa mendatang.

Dalam acara webinar yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Telkomsel, Kamis (28/10/2021), Mawidyanto Agustian, Fungsional Sandiman Muda, Direktorat Keamanan Siber dan Sandi sektor Keuangan,

Perdagangan dan Pariwisata BSSN, mengatakan tren kejahatan siber di sektor keuangan akan terus terjadi.

Menurutnya, penjahat siber tetap memiliki tujuan kejahatan yang sama, yakni mengambil data dari setiap transaksi akses kontrol dari sistem informasi atau pembayaran elektronik.

Baca juga: Hacker Pembobol Sistem Taksi Online Dibekuk di Semarang

"Ada pun tren serangan siberĀ ini, mungkin metodenya kan berubah, tapi trennya akan sama dengan tahun depanya, karena tujuannya sama mereka ingin mengambil data dari setiap transaksi," katanya dikutip dari CNN Indonesia, Jumat (29/10/2021).

Adapun hantu-hantu kejahatan siber yang tetap terjadi di masa mendatang adalah sebagai berikut:

1. Fraud

Fraud atau risiko penyalahgunaan otorisasi pembayaran (authorized push payment) dan fraud internal mempunyai potensi karena kurangnya pengawasan jarak jauh.

2. DDoSKemudian ada DDoS yakni serangan yang dilakukan untuk melumpuhkan sistem layanan mengingat kebutuhan layanan online tengah meningkat pesat.3. Market abuseSelanjutnya ada juga Market Abuse yakni potensi penyalahgunaan pasar saat masa pandemi dengan memanfaatkan celah kerentanan aplikasi. Selain itu kebocoran dan pencurian data serta phising juga marak.Mawidyanto mengatakan bahwa Intinya para penjahat siber ingin memanen data dari setiap transaksi elektronik agar semua bisa dianalisis mana yang akan menguntungkan dan mana yang tidak menguntungkan.Oleh sebab itu menurut Mawidyanto, seluruh pemegang kepentingan (stakeholder) dalam sektor keuangan mulai dari nasabah hingga pihak bank harus meminimalisir kebocoran data."Dan tujuan akhirnya kita harus meminimalisir kebocoran data," kata Mawidyanto. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli FahmiSumber: CNN Indonesia

Baca Juga

Komentar

Terpopuler