Cegah Hantu Kejahatan Siber, Pakai Cara Ini
Murianews
Jumat, 29 Oktober 2021 08:30:58
MURIANEWS, Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengatakan
kejahatan siber, salah satunya di sektor keuangan terus menghantui hingga masa nanti. Namun, itu bisa dicegah.
Fungsional Sandiman Muda, Direktorat Keamanan Siber dan Sandi sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata BSSN, Mawidyanto Agustian, mengatakan metode pencegahan bisa dilakukan dengan menerapkan defence in depth layers cyber security.
Dalam acara webinar yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Telko, Kamis (28/10/2021), Mawidyanto menjelaskan defence in depth layers merupakan sebuah strategi keamanan yang terdiri dari berbagai lapisan untuk melindungi sebuah sistem informasi.
“Di sini defense in depth tidak hanya dari sisi teknikal tapi juga dari segi policy dan prosedur yang holistik, tidak hanya di satu sisi di segi IT-nya saja namun juga keseluruhan divisi dalam organisasi tersebut,” kata Mawidyanto, dikutip dari
CNN Indonesia, Jumat (29/10/2021).
Ketujuh layer tersebut terdiri dari Personal (User Layer), Software (Application Layer), Host (Platform Layer), Internal Network (LAN), Perimeter (Network Layer), Pysical Security, dan Cyber security awareness through policies and procedures.
Baca juga:
Hantu Kejahatan Siber Tetap Gentayangan Hingga Masa Mendatang
Mawidyanto menjelaskan bahwa untuk lapisan keamanan dari sistem tersebut ia membaginya dalam tujuh layer, di mana level personal menjadi basic, artinya personal atau individu itu harus disadarkan dan diedukasi bahwa keamanan siber untuk dirinya sendiri itu penting.“Baru ia bisa memanfaatkan software untuk mendukung pekerjaannya dalam satu jaringan tertentu (host) yang tersambung dalam internal network (LAN) dan disiapkan juga keamanan keamanan dalam perimeter jaringan komputernya (network layer) disamping juga dengan didukungnya physical security, adanya akses kontrol kemudian password dalam menggunakan jaringan tertentu dan semua itu harus ditetapkan dalam suatu kebijakan dokumen,” imbuhnya.Mawidyanto berharap sistem ini bisa diterapkan di seluruh industri keuangan. Sebab, lanjut Mawidyanto, selama pandemi ini serangan siber di Indonesia kian banyak terjadi. Industri keuangan tetap yang tertinggi dari top 10 industri global yang paling sering menjadi sasaran kejahatan. Penulis: Zulkifli FahmiEditor: Zulkifli FahmiSumber:
CNN Indonesia
[caption id="attachment_239735" align="alignleft" width="1280"]

Ilustrasi hacker. (e-propethic.com)[/caption]
MURIANEWS, Jakarta – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengatakan
kejahatan siber, salah satunya di sektor keuangan terus menghantui hingga masa nanti. Namun, itu bisa dicegah.
Fungsional Sandiman Muda, Direktorat Keamanan Siber dan Sandi sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata BSSN, Mawidyanto Agustian, mengatakan metode pencegahan bisa dilakukan dengan menerapkan defence in depth layers cyber security.
Dalam acara webinar yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Telko, Kamis (28/10/2021), Mawidyanto menjelaskan defence in depth layers merupakan sebuah strategi keamanan yang terdiri dari berbagai lapisan untuk melindungi sebuah sistem informasi.
“Di sini defense in depth tidak hanya dari sisi teknikal tapi juga dari segi policy dan prosedur yang holistik, tidak hanya di satu sisi di segi IT-nya saja namun juga keseluruhan divisi dalam organisasi tersebut,” kata Mawidyanto, dikutip dari
CNN Indonesia, Jumat (29/10/2021).
Ketujuh layer tersebut terdiri dari Personal (User Layer), Software (Application Layer), Host (Platform Layer), Internal Network (LAN), Perimeter (Network Layer), Pysical Security, dan Cyber security awareness through policies and procedures.
Baca juga:
Hantu Kejahatan Siber Tetap Gentayangan Hingga Masa Mendatang
Mawidyanto menjelaskan bahwa untuk lapisan keamanan dari sistem tersebut ia membaginya dalam tujuh layer, di mana level personal menjadi basic, artinya personal atau individu itu harus disadarkan dan diedukasi bahwa keamanan siber untuk dirinya sendiri itu penting.
“Baru ia bisa memanfaatkan software untuk mendukung pekerjaannya dalam satu jaringan tertentu (host) yang tersambung dalam internal network (LAN) dan disiapkan juga keamanan keamanan dalam perimeter jaringan komputernya (network layer) disamping juga dengan didukungnya physical security, adanya akses kontrol kemudian password dalam menggunakan jaringan tertentu dan semua itu harus ditetapkan dalam suatu kebijakan dokumen,” imbuhnya.
Mawidyanto berharap sistem ini bisa diterapkan di seluruh industri keuangan. Sebab, lanjut Mawidyanto, selama pandemi ini serangan siber di Indonesia kian banyak terjadi. Industri keuangan tetap yang tertinggi dari top 10 industri global yang paling sering menjadi sasaran kejahatan.
Penulis: Zulkifli Fahmi
Editor: Zulkifli Fahmi
Sumber:
CNN Indonesia