Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Penggunaan minyak jelantah atau minyak goreng bekas pakai sering kita jumpai. Bahkan, tak sedikit penjual gorengan menggunakan minyak jelantah itu sampai berhari-hari. Padahal minyak jelantah memiliki risiko tinggi untuk kesehatan.

Semakin sering mengonsumsi makanan yang dimasak dengan minyak jelantah, risiko bahaya terhadap tubuh akan semakin besar. Minyak ini akan menjadi sarang berkembangnya berbagai jenis bakteri, salah satunya Clostridium botulinum, bakteri penyebab penyakit botulisme.

Bakteri-bakteri ini mengonsumsi partikel serta remah-remah dari gorengan yang tersisa pada panci atau minyak. Oleh karena itu, mengonsumsi gorengan dengan minyak jelantah berisiko tubuh lebih rentan terinfeksi bakteri.

Baca juga: Ini Manfaat Minyak Kelapa bagi Kesehatan

Melansir dari hellosehat.com, yang dikutip dari penelitian dari University of the Basque Country di Spanyol, minyak bekas mengandung senyawa aldehid. Senyawa ini dapat berpotensi mengubah zat karsinogen dalam tubuh manusia.

Aldehid juga dapat menyebabkan penyakit degeneratif. Salah satu contohnya adalah penyakit jantung, Alzheimer, dan Parkinson.
Selain itu, minyak bekas dapat berubah jadi sumber radikal bebas. Jika zat-zat berbahaya ini terserap oleh tubuh dapat berubah menjadi karsinogen dan menyebabkan mutasi gen yang berisiko menimbulkan kanker.Bahaya lain yang sering tak disadari adalah kalori dan lemak trans yang semakin tertimbun dalam tubuh. Kalori dan lemak trans yang berlebih dapat memicu melonjaknya berat badan dan dapat berujung obesitas. Seseorang yang terserang obesitas juga dapat berisiko menyebabkan berbagai komplikasi serius layaknya penyakit diabetes dan asam lambung.Meski mengandung bahaya, bukan berarti sama sekali tidak diperbolehkan mengonsumsi gorengan sama sekali. Agar terhindar dari risiko terdampak penyakit di atas, dapat menggoreng makanan dengan minyak yang baru. Namun jika terpaksa menggunakan minyak lama, disarankan untuk menggunakannya sekali lagi. Penulis: Loeby Galih WitantraEditor: Zulkifli FahmiSumber: hellosehat.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler