Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus- Seni cadas atau seni melukis batu yang berada di gua, batu karang dan lainnya. Lukisan dalam seni cadas ini biasanya berupa gambar.

Seni cadas ini menjadi salah satu ciri khas perubahan zaman menuju ke arah yang lebih maju. Lukisan seni cadas merupakan fenomena arkeologi yang ditemukan pada  banyak tempat di dunia.

Salah satunya adalah di Indonesia. Bahkan, seni cadas yang ada di Indonesia disebut-sebut merupakan yang paling tua di dunia. Seni cadas di Indonesia ini banyak ditemukan di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya di kawasan karst yang terletak di Kabupaten Maros hingga Kabupaten Pangkep.

Baca juga: Difabel di Kudus Ini Sulap Limbah Mebel jadi Karya Seni Tinggi

Melansir dari merdeka.com (13/01/2022), seni cadas ditemukan pada sejumlah leang di kawasan karst Maros-Pangkep. Yakni Leang Barugayya 2, Bulu Bettue, Burung 2, Timpuseng, Bulu' Sipong 4, Balangajia 1, Tedongnge. Meski demikian, hanya lukisan figuratif di tiga leang yakni Timpuseng, Bulu' Sipong dan Tedongnge yang menjadi perhatian.

Pada tahun 2014, peneliti dari Griffith Australia Adam Brumm bersama rekannya Budianto Hakim dan Muh Ramli menemukan lukisan stensil tangan di Leang Timpuseng, Maros yang usianya diperkirakan 39.900 tahun.

Pada tahun 2017, seni cadas kembali ditemukan di Leang Bulu' Sipong 4. Sebuah lukisan gua dengan lebar sekitar 4,5 meter dengan menggambarkan sekelompok figur setengah manusia-setengah hewan (therianthropes) tengah berburu mamalia, yakni anoa dan babi rusa. Lukisan ini diperkirakan usianya 43.900 tahun.

Terakhir penemuan seni cadas yang menjadi perhatian dunia yakni lukisan babi kutil yang ditemukan di Leang Tedongnge. Lukisan tersebut diperkirakan berusia 45.500 tahun dan menjadi penemuan tertua di dunia.

Peneliti Universitas Griffith Australia Basran Burhan bersama rekannya menggali potensi arkeologi yang ada di karst Maros-Pangkep. Basran menceritakan, pada tahun 2017, tertarik melakukan eksplorasi sebuah lembah yang berada di antara gugusan karst.

"Saat ke sana tanya-tanya warga dan ternyata mereka tahu soal lokasi itu," ujarnya.

Basran menceritakan, tidak mudah untuk mencapai lokasi yang dituju dan butuh waktu dua jam lebih. Saat tiba di lokasi, butuh beberapa waktu untuk melakukan eksplorasi sejumlah gua, hingga menemukan gambar cadas babi kutil Sulawesi.

"Di Leang Tedongnge inilah kami menemukan lukisan figuratif babi kutil Sulawesi (Sus celebensis)," terang dia.

Basran mengaku lukisan di Leang Tedongnge berbeda dengan gambar sebelumnya yang pernah ditemukan di kawasan karst Maros-Pangkep. Ia menyebut lukisan Sus celebensis seolah-olah adanya interaksi antarbinatang. Setelah penemuan tersebut, dirinya menghubungi Griffith University untuk mengambil sampel agar diketahui penanggalan lukisan tersebut.

Dikutip dari artikel penelitian berjudul Oldest Cave Art Found in Sulawesi menyebut, Indonesia memiliki beberapa seni gua tertua yang masih ada. Penemuan seni cadas terbaru adalah lukisan figuratif dua babi kutil Sulawesi (Sus celebensis) memiliki usia minimal 45.500 tahun di Leang Tedongnge.
Seni cadas pra-Austronesia ditandai dengan stensil tangan dan lukisan binatang figuratif. Dalam kebanyakan kasus, gambar binatang dieksekusi dalam satu warna atau biasanya merah atau ungu/murbei menggunakan sapuan kuas dan/atau ujung jari. Para seniman menggunakan bentuk representasi garis yang agak disederhanakan untuk menggambarkan hewan dalam profil.Garis besar hewan biasanya diisi dengan pola yang tidak beraturan garis dan yang dicat daripada detail anatomi yang dapat dikenali. Gambar hewan yang paling terlihat tampaknya mewakili mamalia darat endemik seperti Anoa, Bubalus dan babi kutil.Di Leang Tedongnge, figur babi satu diposisikan di dinding belakang gua. Berukuran 136 x 54 cm, motif ini dikaitkan dengan dua stensil tangan yang terletak di atas dan dekat dengan bagian belakang representasi gambar. Setidaknya, dua atau tiga figur gambar babi lainnya terletak di panel yang sama.Berbeda dengan gambar babi satu yang relatif lengkap, gambar terakhir hanya sebagian terlihat jelas. Meski demikian, dalam gambar tersebut masih terlihat kepala babi yang saling berhadapan.Dalam artikel menyimpulkan bahwa panel seni cadas ini mungkin dimaksudkan untuk menggambarkan episode interaksi sosial antara setidaknya tiga, dan mungkin empat, suid individu.Pakar penanggalan artefak dari Griffith, Maxime Aubert mengidentifikasi deposit kalsit yang terbentuk di atas permukaan lukisan tersebut. Ia memanfaatkan teknik penanggalan isotop uranium untuk menghitung usia deposit tersebut.Aubert menyimpulkan bahwa lukisan babi hutan tersebut setidaknya berusia 45.000 tahun. Kemungkinan besar usia lukisan itu lebih tua, karena yang baru dihitung adalah lapisan kalsit di atas permukaan lukisan."Mereka membuat lukisan ini sudah sangat modern, mereka seperti kita, mereka memiliki semua kemampuan dan peralatan untuk membuat lukisan yang mereka suka," beber Aubert.  Penulis: ChambaliEditor: Dani AgusSumber : merdeka.com  

Baca Juga

Komentar

Terpopuler