Sabtu, 30 September 2023

29 Januari 1950, Panglima Sudirman Meninggal Usia Muda

Murianews
Sabtu, 29 Januari 2022 12:26:07
Penglima Besar Jenderal Sudirman. (Istimewa)
[caption id="attachment_268674" align="alignleft" width="1280"] Penglima Besar Jenderal Sudirman. (Istimewa)[/caption]

MURIANEWS – Nama Panglima Besar Jenderal Sudirman sangat masyur di Indonesia. Panglima yang berjuang dengan kesehatan yang buruk, mampu menggerakkan semangat perjuangan.

Panglima Sudirman meninggal pada usia sangat muda yakni 34 tahun, pada 29 Januari 1950, tepat hari ini 72 tahun yang lalu.

Sudirman lahir pada 24 Januari 1916 di Desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

Nunik Utami dalam buku Jenderal Sudirman Sang Panglima Besar menyebutkan, Karsid Kartowirodji, ayah Sudirman adalah seorang pekerja pabrik gula di Kalibagor, Banyumas. Sementara ibunya bernama Siyem adalah keturunan Wedana Rembang.

Dikutip dari Tirto.id, Sudirman muda pernah menjadi semacam hansip, yang tugasnya mengantisipasi serangan udara di zaman kolonial.

Ia kemudian menjalani latihan calon komandan batalion di Bogor pada zaman Jepang, selama tiga bulan. Setelahnya dia langsung menjadi Daidancho (Komandon Batalion PETA) di Kroya, Banyumas.

Dari sini karir militernya terus naik. Nama Sudirman semakin gemilang berkat peristiwa Palagan Ambarawa akhir 1945. Kiprah Sudirman di Ambarawa itu kelak dikenang sebagai Hari Infanteri.

Baca: Sosrokartono, Wartawan Perang Jenius Putra Bupati Jepara

Pertempuran ini membuat Presiden Sukarno mempercayakan kepemimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) cikal bakal TNI di tangan Sudirman. Saat itu, Sudirman sudah terpilih sebagai panglima lewat voting pada 12 November 1945.

Berbagai keterbatasan yang dimiliki, membuat tentara yang dipimpin Sudirman harus gerilya melawan Belanda. Sebelum tentara Belanda menyerbu kota Yogyakarta pada 19 Desember 1948, Sudirman sudah tidak sehat.

Paru-parunya bermasalah. Banyak sumber, salah satunya Amrin Imran dalam Panglima Besar Sudirman (2004:48) menyebut, “Pak Dirman menderita TBC (tuberculosis)… sebuah paru-paru sudah rusak”.

Kendati demikian, gerilya dalam Perang Kemerdekaan jilid 2 (1948-1949) terus digencarkan.

Dikutip dari Merdeka.com, pada Desember 1948 Sudirman melakukan perlawanan terhadap Agresi Militer II Belanda yang terjadi di Yogyakarta.

Baca: Militer Laut Ratu Kalinyamat Bikin Jepara jadi Penjaga Maritim Nusantara

Sudirman juga melakukan perjalanan ke arah selatan memulai perlawanan gerilya. Ia ditemani sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya.

Saat Belanda mulai menarik diri, Jenderal Sudirman dipanggil kembali ke Yogyakarta pada bulan Juli 1949 oleh Presiden Soekarno.

Sudirman terus berjuang melawan penyakitnya dengan melakukan pemeriksaan di Panti Rapih, Yogyakarta. Ia dipindahkan ke sebuah rumah di Magelang pada Desember 1949.

Meskipun sedang sakit, Sudirman saat itu juga diangkat sebagai panglima besar TNI di negara baru bernama Republik Indonesia Serikat.

Sebulan kemudian, tepatnya pada 18.30 29 Januari 1950 Jenderal Sudirman tutup usia di Magelang. Kabar duka ini dilaporkan dalam sebuah siaran khusus di RRI.

 

Penulis: Ali Muntoha
Editor: Ali Muntoha
Sumber: Tirto.id, Merdeka.com

Komentar