Liburan Imlek di Semarang, Empat Kelenteng Ini Bisa Anda Kunjungi

[caption id="attachment_269375" align="alignleft" width="2560"] Kelenteng Sam Po Kong di Semarang (wikipedia.org)[/caption] MURIANEWS, Kudus- Ada banyak tempat wisata yang ada di Kota Semarang. Namun, bertepatan dengan libur Imlek 2022 ini, ada beberapa kelenteng yang bisa dikunjungi. Setidaknya ada empat kelenteng yang bisa Anda kunjungi dalam perayaan Imlek, seperti dilansir suaramerdeka.com dari travel.com. Ini daftarnya: 1. Sam Po Kong Kelenteng Sam Po Kong berada di Bongasari, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. Kelenteng Sam Po Kong begitu terkenal berkat hadirnya patung Laksamana Cheng Ho yang berukuran besar. Baca juga: Tiga Buah Ini Wajib Ada di Kelenteng Saat Imlek, Apa Saja? Di sini juga terdapat bangunan inti berupa Gua Batu yang merupakan berdirinya patung Laksamana Cheng Ho. Konon Gua Batu juga dipercaya masyarakat mendaratnya Lakmana Cheng Ho bersama awak kapalnya pada 1400 an. Istimewanya, Kelenteng Sam Po Kong ini belum pernah mengalami pemugaran sama sekali. 2. Tay Kak Sie   Kelenteng Tay Kak Sie yang berada di Jalan Gang Lombok, Semarang Jawa Tengah. Didirikan pertama kali pada 1746, Tay Kak Sie menjadi tempat kelenteng yang tertua di Semarang. Bangunan Tay Kak Sie ini memiliki ornamen dan simbol-simbol yang berhubungan dengan kepercayaan aliran Buddha, Tao dan Konfusianisme.' 3. See Hoo Kiong   See Hoo Kiong berada di Jalan Sebandaran 1 No 32, Gabahan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang. Didirikan pada 1881, kelenteng See Hoo Kiong terkenal dengan gaya arsitekturnya yang indah, bahkan dinobatkan sebagai bagunan keagamaan yang terbaik tahun 2005.' 4. Klenteng Siu Hok Bio Kelenteng Siuk Hok Bio bertempat di Jalan Wotgandul Timur No 38, Kranggan, Kecamatan Semarang tengah, Kota Semarang. Kelenteng Siu Hok Bio memiliki warisan tua berupa cincin pengangan pintu dan ukiran pada ambang atas pintu. Kelenteng Siu Hok Bio ini merupakan klenteng tertua di kawasan Pecinan Semarang. Kelenteng ini sudah resmi ditetapkan sebagai cagar budaya sejak 1992.     Penulis: Chambali Editor: Dani Agus Sumber : suaramerdeka.com