Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus- Emosi pernah dirasakan hampir semua orang. Sebagian orang, ada yang bisa menahan emosinya.

Namun sebaliknya, banyak pula yang larut dalam emosi sehingga bisa melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Jika ini terjadi maka rasa penyesalan yang bisa didapatkan.

Nah, terkait masalah emosi ini, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih familiar dengan sebutan Gus Baha memberikan tips cara mengelola emosi agar tidak merugikan orang lain. Bagi Gus Baha, jangan sampai keburukan dan kesumpekkan seseorang mengganggu orang  lain.

Baca juga: Tausiah Gus Baha: Keutamaan Bekerja Mencari Nafkah

Pesan ini disampaikannya saat ngaji bersama smart santri Banyuwangi, Rabu (22/6/2021).  Acara ini diikuti oleh santri, warga, hingga ASN dan digelar secara virtual, disiarkan langsung melalui YouTube Kabupaten Banyuwangi.

”Islam menyarankan uzlah (menyepi) saat penat, bawaan emosi, sebaiknya jangan jalan-jalan di lingkungan manusia. Karena ajaran Islam itu harus tersenyum, atau wajahnya ceria,” jelas Gus Baha, sebagaimana dikutip dari nu.or.id.

Dalam keterangan Gus Baha, ia mengutip dari kitab yang sangat otoritatif yaitu Kitab Shohih Muslim. Kitab ini menjadi pegangan Ulama seluruh dunia dan ulama Ahlussunah wal Jama'ah.

Masuk dalam kitab enam dari hadis yang utama. Lebih spesifik, Gus Baha mengutip dari bab Iman dengan judul Bayani kauni iman Billah, afdolul iman.

”Di sana, ada pesan Nabi, kamu dalam ber-Islam cukup menjaga supaya kejelekan kamu tidak punya dampak kepada orang lain. Kejelekan disini bisa bermaksud seperti kriminal, pidana merugikan orang atau kegiatan tidak kriminal tapi bisa merugikan orang lain,” ujarnya.

Gus Baha menjelaskan, alasannya berpendapat menggunakan langsung kitab Bukhari agar subyektifitasnya tidak terlalu tinggi. Selain itu, ia ingin mewariskan kepada masyarakat adalah pesan Nabi.

Khawatirnya kalau tidak pakai kitab hadist, yang ia sampaikan pikiran pribadi. Terkadang pikiran tersebut tidak mewakili Islam.

”Saya ngaji pakai kitab agar yang disampaikan bukan atas dasar keinginan sendiri. Namun, menyampaikan ilmu Allah, agama Allah,” tegas tokoh agama asal Rembang ini.Ringkasnya, kata Baha, kaidah dalam Islam itu jika tidak berbuat baik, maka potensi keburukan kita jangan menimpa orang lain. Kaidah sederhana ini perlu diterapkan agar tidak timbul kerusakan.Gus Baha mencontohkan, saat mengalami sumpek atau galau kita tidak perlu main ke teman atau menemui seseorang yang sedang kerja, cari nafkah, ngaji dan menyebabkan dia dimarahi. Itu tidak boleh. Karena keburukan kita punya akibat pada orang lain.Dilanjutkannya, ada saat ketika seorang itu ketemu orang, hawanya ingin ngomong tidak enak dan emosional. Ini baiknya uzlah saja. Mengurung diri di kamar, atau isolasi sendiri. Ini kearifan Rasulullah.”Namun, karena sedang ada masalah keluarga dan memikirkan kredit atau utang. Sehingga bawaannya emosi, jika dalam keadaan begini maka baiknya menutup diri atau uzlah. Kata Rasulullah, di zaman akhir salah satu kebaikan itu yaitu meninggalkan manusia agar tidak terkena keburukan kamu,” imbuh Gus Baha.Ditambahkan Gus Baha, Rasulullah juga berpesan pada hakim jangan memberikan keputusan saat emosi amarahnya sedang memuncak. Karena logikanya tidak terkontrol. Ini bahaya sekali.”Begitu juga jangan kasih keputusan saat dalam keadaan sibuk banget, laper banget, dan kenyang banget. Ini berlaku untuk pejabat, kiai dan tokoh masyarakat,” ujarnya.”Seseorang itu tidak boleh merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain. Ini amal ibadah yang sudah mulai ditinggal kan,” tutup Gus Baha.  Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: nu.or.id

Baca Juga

Komentar