Melintas Jalur Pantura, Nggak Seru Tanpa Cicipi Camilan Khas Kerupuk Tayamum
Murianews
Kamis, 17 Februari 2022 15:33:54
MURIANEWS, Kudus- Buat Anda yang melintasi kawasan pantai utara (Pantura) Jawa, ada satu camilan khas yang perlu dicicipi. Namanya, kerupuk tayamum.
Camilan ini mudah sekali ditemukan di sepanjang jalur pantura. Selain di tempat oleh-oleh, kerupuk tayamum juga biasa dipajang di depan rumah makan atau warung di sepanjang jalur tersebut.
Ciri khas camilan ini adalah warnanya yang mencolok dan beraneka ragam. Ada warna putih, hijau, kuning, dan pink. Sedangkan rasanya sangat renyah dan lezat.
Baca juga: Pengusaha Kerupuk Rugi Jutaan Gegara Minyak Goreng PalsuDilansir dari
Solopos.com, selain kerupuk tayamum ada sebutan lain untuk camilan ini. Seperti, kerupuk usek, kerupuk melarat, serta kerupuk tayamum. Namun, semua sebutan itu merujuk pada kerupuk pasir.
Kerupuk goreng pasir merupakan salah satu oleh-oleh khas beberapa kota di Pantura Jawa. Bukan hal sulit menemukan camilan ini di kawasan Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Tegal, Pemalang, Cirebon, hingga Indramayu.
Sama seperti kerupuk lainnya, makanan legendaris ini dibuat dari tepung tapioka. Rasanya pun gurih dan asin, namun tidak berminyak. Hal ini cukup beralasan karena camilan ini tidak digoreng dengan minyak, melainkan pasir panas yang sudah dibersihkan sebelumnya.
Eksis Sejak Zaman KolonialKonon, kerupuk tayamum atau kerupuk pasir ini telah ada sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Nama tayamum disematkan karena proses penggorengan tidak memakai cairan minyak, tetapi pasir. Seperti syariat tayamum dalam Islam sebagai pengganti wudhu yang dilakukan dengan mengusap anggota tubuh dengan debu.
Sementara itu penamaan kerupuk melarat disematkan oleh masyarakat di Cirebon, Jawa Barat. Pada 1920-an, kerupuk ini populer sebagai makanan alternatif masyarakat.
Proses pembuatan kerupuk ini tidak jauh berbeda dengan jenis lainnya. Para produsen biasanya sangat bergantung pada sinar matahari. Sebab, adonan kerupuk yang sudah jadi harus dijemur sampai benar-benar mengering dan siap digoreng.Kerupuk kemudian digoreng dengan pasir yang telah dipanaskan sampai mengembang.Pasir yang dipakai untuk menggoreng kerupuk ini bukan sembarangan pasir. Tetapi biasanya pasir gunung dengan ukuran partikel lebih besar, sehingga tidak menempel di kerupuk setelah matang. Lantaran digoreng dengan pasir, kerupuk ini bebas kolesterol, sehingga dinilai lebih sehat.
Baca juga: Umur Candi Borobudur Masih Kalah Tua dengan Temuan Perahu Kuno di RembangProses pembuatan kerupuk tayamum ini kebanyakan masih tradisional. Seperti dilakukan masyarakat di Desa Sarirejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Desa ini menjadi salah satu sentra pembuatan kerupuk pasir di Pantura.Harga dari kerupuk ini sangat terjangkau. Mulai dari kisaran Rp 5.000 hingga Rp 20.000 untuk kemasan satu plastik, bergantung ukuran yang dipilih. Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber:
solopos.com
[caption id="attachment_272972" align="alignleft" width="1890"]

Foto: Kerupuk tayamum (avepress.com)[/caption]
MURIANEWS, Kudus- Buat Anda yang melintasi kawasan pantai utara (Pantura) Jawa, ada satu camilan khas yang perlu dicicipi. Namanya, kerupuk tayamum.
Camilan ini mudah sekali ditemukan di sepanjang jalur pantura. Selain di tempat oleh-oleh, kerupuk tayamum juga biasa dipajang di depan rumah makan atau warung di sepanjang jalur tersebut.
Ciri khas camilan ini adalah warnanya yang mencolok dan beraneka ragam. Ada warna putih, hijau, kuning, dan pink. Sedangkan rasanya sangat renyah dan lezat.
Baca juga: Pengusaha Kerupuk Rugi Jutaan Gegara Minyak Goreng Palsu
Dilansir dari
Solopos.com, selain kerupuk tayamum ada sebutan lain untuk camilan ini. Seperti, kerupuk usek, kerupuk melarat, serta kerupuk tayamum. Namun, semua sebutan itu merujuk pada kerupuk pasir.
Kerupuk goreng pasir merupakan salah satu oleh-oleh khas beberapa kota di Pantura Jawa. Bukan hal sulit menemukan camilan ini di kawasan Demak, Kendal, Batang, Pekalongan, Tegal, Pemalang, Cirebon, hingga Indramayu.
Sama seperti kerupuk lainnya, makanan legendaris ini dibuat dari tepung tapioka. Rasanya pun gurih dan asin, namun tidak berminyak. Hal ini cukup beralasan karena camilan ini tidak digoreng dengan minyak, melainkan pasir panas yang sudah dibersihkan sebelumnya.
Eksis Sejak Zaman Kolonial
Konon, kerupuk tayamum atau kerupuk pasir ini telah ada sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia. Nama tayamum disematkan karena proses penggorengan tidak memakai cairan minyak, tetapi pasir. Seperti syariat tayamum dalam Islam sebagai pengganti wudhu yang dilakukan dengan mengusap anggota tubuh dengan debu.
Sementara itu penamaan kerupuk melarat disematkan oleh masyarakat di Cirebon, Jawa Barat. Pada 1920-an, kerupuk ini populer sebagai makanan alternatif masyarakat.
Proses pembuatan kerupuk ini tidak jauh berbeda dengan jenis lainnya. Para produsen biasanya sangat bergantung pada sinar matahari. Sebab, adonan kerupuk yang sudah jadi harus dijemur sampai benar-benar mengering dan siap digoreng.
Kerupuk kemudian digoreng dengan pasir yang telah dipanaskan sampai mengembang.
Pasir yang dipakai untuk menggoreng kerupuk ini bukan sembarangan pasir. Tetapi biasanya pasir gunung dengan ukuran partikel lebih besar, sehingga tidak menempel di kerupuk setelah matang. Lantaran digoreng dengan pasir, kerupuk ini bebas kolesterol, sehingga dinilai lebih sehat.
Baca juga: Umur Candi Borobudur Masih Kalah Tua dengan Temuan Perahu Kuno di Rembang
Proses pembuatan kerupuk tayamum ini kebanyakan masih tradisional. Seperti dilakukan masyarakat di Desa Sarirejo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Desa ini menjadi salah satu sentra pembuatan kerupuk pasir di Pantura.
Harga dari kerupuk ini sangat terjangkau. Mulai dari kisaran Rp 5.000 hingga Rp 20.000 untuk kemasan satu plastik, bergantung ukuran yang dipilih.
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber:
solopos.com