Fenomena Hujan Es Ternyata Ada Bahaya Polutan di Baliknya, Sebaiknya Jangan Dikonsumsi
Murianews
Jumat, 25 Februari 2022 14:37:48
MURIANEWS, Kudus- Fenomena hujan es sempat muncul beberapa hari lalu di sejumlah daerah. Selain di Jawa Timur, hujan es juga terjadi di beberapa wilayah Jawa Tengah.
Saat hujan es, sebagian masyarakat merasa sangat gembira karena hal ini sangat jarang terjadi. Saking senangnya, beberapa di antaranya sempat menjadikan bongkahan es kecil-kecil untuk campuran minuman teh.
Terkait perilaku ini sebaiknya jangan dilakukan. Sebab, pakar lingkungan mengingatkan adanya bahaya polutan yang dibawa hujan es tersebut.
Baca juga: Fenomena Hujan Es Diprediksi Masih Berlangsung Hingga Maret-AprilKepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Arie Dipareza Syafei ST MEPM mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan es.
Dia menegaskan hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa. ”Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” ujar dia, seperti dikutip dari
Solopos.com.
Meski demikian, Arie membenarkan hujan es membawa polutan dari atmosfer. Bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil. Ia mengungkapkan bahwa hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.
Lelaki yang menekuni bidang pencemaran udara dan perubahan iklim ini menuturkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer.
”Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” jelasnya.
Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, Arie menyatakan hal yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas. Ia mengungkap turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan. Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima, Jepang ini menambahkan, ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.”Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” ungkapnya.Arie berharap pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi. Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.”Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” candanya sekaligus menyinggung kelakuan masyarakat yang tersebar di Internet. Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber:
solopos.com
[caption id="attachment_274680" align="alignleft" width="1920"]

Foto: Hujan es di Kabupaten Grobogan, Jateng beberapa waktu lalu (MURIANEWS/Dani Agus)[/caption]
MURIANEWS, Kudus- Fenomena hujan es sempat muncul beberapa hari lalu di sejumlah daerah. Selain di Jawa Timur, hujan es juga terjadi di beberapa wilayah Jawa Tengah.
Saat hujan es, sebagian masyarakat merasa sangat gembira karena hal ini sangat jarang terjadi. Saking senangnya, beberapa di antaranya sempat menjadikan bongkahan es kecil-kecil untuk campuran minuman teh.
Terkait perilaku ini sebaiknya jangan dilakukan. Sebab, pakar lingkungan mengingatkan adanya bahaya polutan yang dibawa hujan es tersebut.
Baca juga: Fenomena Hujan Es Diprediksi Masih Berlangsung Hingga Maret-April
Kepala Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Arie Dipareza Syafei ST MEPM mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi fenomena hujan es.
Dia menegaskan hujan es sebenarnya memiliki kandungan yang tidak jauh berbeda dengan hujan biasa. ”Hanya berbeda bentuk, yang satu air, yang satu padat,” ujar dia, seperti dikutip dari
Solopos.com.
Meski demikian, Arie membenarkan hujan es membawa polutan dari atmosfer. Bukan sekadar membawa partikel debu yang berukuran kecil. Ia mengungkapkan bahwa hujan es juga mengandung gas-gas emisi seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan karbon monoksida.
Lelaki yang menekuni bidang pencemaran udara dan perubahan iklim ini menuturkan, hujan memang membawa polutan karena zat-zat emisi dari bumi akan bertumbukan dan menempel dengan droplet air yang ada di atmosfer.
”Dalam kasus hujan es, campuran air tersebut mengalami kristalisasi akibat pergerakan udara yang mempengaruhi suhu,” jelasnya.
Mengingat hujan es biasanya disertai angin kencang, Arie menyatakan hal yang harus diwaspadai adalah sebaran polutan yang meluas. Ia mengungkap turbulensi angin akan mempercepat proses pengenceran polutan. Maksudnya, gugus-gugus emisi yang ada dalam hujan es akan terdispersi secara lebih cepat dan luas.
Peraih gelar doktoral di Universitas Hiroshima, Jepang ini menambahkan, ketika angin bergerak lurus secara horizontal, polutan yang ada di dalam hujan es berpotensi terbawa ke wilayah lain yang ada di dekatnya.
”Seperti kemarin, fenomena hujan es tidak hanya terjadi di Surabaya, tapi dikabarkan juga terjadi di Madiun, Nganjuk, hingga Kediri,” ungkapnya.
Arie berharap pengalaman menyaksikan hujan es membuat masyarakat lebih berhati-hati dan teredukasi. Masyarakat harus sadar bahwa dalam bongkahan-bongkahan es tersebut terkandung senyawa polutan yang tidak ramah bagi lingkungan dan kesehatan.
”Jangan mentang-mentang hujan es, dipakai untuk minum es teh,” candanya sekaligus menyinggung kelakuan masyarakat yang tersebar di Internet.
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber:
solopos.com