Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Kudus- Di Indonesia banyak bangunan masjid peninggalan zaman dulu yang masih difungsikan hingga saat ini. Salah satunya adalah Masjid Saka Tunggal Baitussalam atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Saka Tunggal di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah.

Masjid Saka Tunggal ini dibangun pada 1288 M, sebelum era penyebaran Islam oleh Wali Songo. Bahkan, masjid ini dipercaya sudah ada sebelum Kerajaan Majapahit yang berdiri pada 1294 M.

Masjid Saka Tunggal di Banyumas ini disebut-sebut sebagai masjid tertua di Indonesia. Saat ini, bangunan masjid bersejarah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Baca juga: Mengenal Masjid Bayan Beleq yang Usianya Lebih dari Tiga Abad

Dikutip dari Solopos.com, masjid ini terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. Hingga kini, masjid ini masih berdiri megah dan digunakan sebagai tempat ibadah. Banyak warga sekitar, maupun wisatawan yang datang menikmati suasana masjid sambil menunaikan ibadah salat.

Meski berusia tua, Masjid Saka Tunggal ini tetap berdiri kokoh di tengah pedesaan. Pasalnya, sejak 1965, masjid ini telah mengalami dua kali pemugaran tanpa mengubah arsitektur masjid. Kayu yang disebut saka di tengah masjid juga masih berdiri kokoh.

Sejarah Masjid Saka Tunggal

Berdasarkan informasi dari Duniamasjid.islamic-center.or.id, adanya masjid ini tak bisa terlepas dengan sosok tokoh penyebar Islam di Cikakak, yakni Mbah Mustolih.

Dahulu, Mbah Mustolih hidup di era Kasultanan Mataram Kuno. Sehingga banyak unsur Kejawen yang muncul di masjid ini. Diceritakan pada situs tersebut, dalam melakukan syiar Islam, Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak sebagai markasnya.

Hal ini ditandai dengan pembangunan Masjid Saka Tunggal yang bersejarah ini sehingga dikenal sebagai masjid tertua di Indonesia. Makam Mbah Mustolih sendiri berada tak jauh dari Masjid Saka Tunggal.
Keunikan di Masjid Saka TunggalMasjid Saka Tunggal juga memiliki tradisi yang unik, yakni zikir dengan lantunan kidung Jawa. Khusus pada Jumat, akan ada zikir dan salawat yang bernada seperti melantunkan kidung Jawa.Lantunan zikir antara Jawa dan Arab ini disebut dengan ura-ura. Khutbah salat Jumat juga disampaikan seperti sebuah kidung. Dalam KBBI, kidung diartikan sebagai syair yang dinyanyikan.Ada yang unik lagi dari masjid tertua di Indonesia ini. Muazin masjid ini tidak menggunakan peci layaknya umat muslim lainnya. Mereka menggunakan udeng atau pengikat kepala saat bertugas.Di masjid terdapat ritual yang sering dilakukan oleh seluruh warga Desa Cikakak, yaitu Ritual Jaro Rajapine. Ritual ini mengganti pagar bumbu keliling Masjid Saka Tunggal yang digelar pada bulan ajab. Saat membuat pagar, ada beberapa pantangan yang harus ditaati, di antaranya: warga dilarang berbicara dengan suara keras dan tidak boleh menggunakan alas kaki.Tradisi Ganti Jaro Rajab ini bagi warga di sini adalah untuk memupuk kebersamaan dan dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia. Ritual ganti Jaro ini kemudian diakhiri dengan prosesi arak arakan lima gulungan yang berisi nasi tumpeng yang kemudian diperebutkan warga karena dipercaya bisa memberikan berkah.  Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: solopos.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler