Ada Masjid Unik di Gresik, Bentuknya Seperti Perahu dan Bisa Tampung Ratusan Jemaah
Murianews
Kamis, 7 April 2022 23:27:26
MURIANEWS, Kudus- Di Kabupaten Gresik, Jawa Timur ternyata ada masjid yang bangunannya cukup unik. Pasalnya, bangunan masjid ini bentuknya seperti perahu yang biasa dipakai nelayan mencari ikan di lautan.
Melansir dari laman
NU Online Jatim, masjid ini berada di kampung pesisir utara, tepatnya di Dusun Mulyosari, Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Lokasi masjid tersebut sekitar 40 kilometer dari kota Gresik dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 15 menit.
Dari luar, nama masjid itu tertulis jelas berbahasa Arab, yakni Masjid Jami Abdul Hamid Al Faqih. Masjid yang memliki dua lantai ini berdiri di atas lahan seluas 58 x 38 meter persegi.
Baca juga: Umur Kerajaan Majapahit Kalah Tua dengan Masjid yang Ada di Banyumas IniSedangkan bangunan masjid itu memang tidak seberapa luas. Hanya 27x13 meter persegi. Namun, kabarnya cukup untuk menampung jamaah sekitar 250 orang.
”Lahannya wakaf dari salah seorang warga sini,’’ kata Kepala Desa Banyuurip Ihsanul Haris.
Pemilihan bentuk masjid sebagai simbolik wilayah pesisir. Banyak warga sekitar yang bekerja sebagai nelayan. Selama ini, kerap menjadi jujukan wisatawan.
Masjid perahu memang sudah menjadi ikon di Kecamatan Ujungpangkah. Selain itu ada pula wisata Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Hutan Mangrove yang eksotik dengan kekayaan aneka burung migrannya.
Masjid Abdul Hamid Al Faqih itu dibangun sebelum Pandemi Covid-19. Tepatnya pada tahun 2018 lalu. Hanya dalam waktu delapan bulan, masjid sudah berdiri megah.
Kalaupun ada yang kurang, mungkin tinggal melengkapinya dengan taman-taman cantik dan warna-warni lampu. Dengan demikian, panorama makin terlihat estetik.
Pemilihan nama masjidAbdul Hamid Al Faqih menjadi nama masjid perahu. Ya, Abdul Hamid adalah putra kedua ulama besar pada zamannya. Yakni, KH Moch Faqih Maskumambang dari istri pertama Nyai Nur Khadijah putri dari KH Mochamad Akhyat, pengasuh Pesantren Kebundalem, dekat wilayah Pegirian, Ampel, Surabaya.
KH Faqih Maskumambang yang lahir pada 1857 M merupakan salah seorang tokoh yang turut berperan dalam pendirian Nahdlatul Ulama (NU). Saat itu, KH Faqih juga menjadi pengasuh Pesantren Maskumambang, di wilayah Kecamatan Dukun.Sejumlah literatur menyebut, saat kelahiran NU pada 1926, Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari menjabat sebagai Rais Akbar (posisi tertinggi), sedangkan KH Faqih Maskumambang sebagai wakil rais akbar atau orang kedua.Dua tokoh di antara nama-nama ulama masyhur di Pulau Jawa yang melahirkan banyak santri, yang kelak santri itu juga menjadi ulama besar dengan pesantrennya yang tersebar di segenap penjuru tanah air.Sementara itu, semasa hidup, KH Abdul Hamid juga memiliki andil besar dalam sejarah kelahiran NU bersama orang tuanya. Bahkan, sebelum nama Nahdlatul Ulama disepakati, KH Abdul Hamid disebut mengusulkan nama lain: Nuhudlul Ulama.KH Abdul Hamid juga tokoh pendiri NU di Gresik, tidak lama setelah NU pusat berdiri di Surabaya pada 1926 itu. Dalam perjalanannya, penerus estafet Pesantren Maskumambang memang bukan ke KH Abdul Hamid.Namun, KH Ammar Faqih, putra keempat KH Faqih atau adik kandung KH Abdul Hamid. Sepeninggalnya, pesantren lantas diasuh KH Najikh Ahjad, anak menantu dari KH Ammar.Adapun penyandang dana utama dalam pembangunan masjid perahu adalah H Muhammad Sakhr, salah seorang putra dari KH Abdul Hamid Faqih. ‘’Kabarnya, beliau (H Muhammad Sakhr, Red) adalah seorang pengusaha muslim yang tinggal di Jakarta,’’ kata Ihsan.Menurut Ihsan, masjid perahu dibangun di Desa Banyuurip lantaran atas usul dari salah seorang tokoh masyarakat yang dekat dengan H Muhammad Sakhr. Perahu itu sekaligus sebagai simbolisasi perjuangan KH Abdul Hamid ketika berdakwah di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo.“Tempat tinggal KH Abdul Hamid dan keluarga itu kan berada di Kecamatan Dukun yang dekat Bengawan Solo. Dulu, belum masih ada jembatan, maka perahu itu menjadi sarana transportasi beliau,’’ tambah Ihsan. Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber:
jatim.nu.or.id
[caption id="attachment_283294" align="alignleft" width="1890"]

Foto: Masjid Jami Abdul Hamid Al Faqih atau Masjid Perahu di Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur (w3.uinsby.ac.id)[/caption]
MURIANEWS, Kudus- Di Kabupaten Gresik, Jawa Timur ternyata ada masjid yang bangunannya cukup unik. Pasalnya, bangunan masjid ini bentuknya seperti perahu yang biasa dipakai nelayan mencari ikan di lautan.
Melansir dari laman
NU Online Jatim, masjid ini berada di kampung pesisir utara, tepatnya di Dusun Mulyosari, Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik. Lokasi masjid tersebut sekitar 40 kilometer dari kota Gresik dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 15 menit.
Dari luar, nama masjid itu tertulis jelas berbahasa Arab, yakni Masjid Jami Abdul Hamid Al Faqih. Masjid yang memliki dua lantai ini berdiri di atas lahan seluas 58 x 38 meter persegi.
Baca juga: Umur Kerajaan Majapahit Kalah Tua dengan Masjid yang Ada di Banyumas Ini
Sedangkan bangunan masjid itu memang tidak seberapa luas. Hanya 27x13 meter persegi. Namun, kabarnya cukup untuk menampung jamaah sekitar 250 orang.
”Lahannya wakaf dari salah seorang warga sini,’’ kata Kepala Desa Banyuurip Ihsanul Haris.
Pemilihan bentuk masjid sebagai simbolik wilayah pesisir. Banyak warga sekitar yang bekerja sebagai nelayan. Selama ini, kerap menjadi jujukan wisatawan.
Masjid perahu memang sudah menjadi ikon di Kecamatan Ujungpangkah. Selain itu ada pula wisata Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Hutan Mangrove yang eksotik dengan kekayaan aneka burung migrannya.
Masjid Abdul Hamid Al Faqih itu dibangun sebelum Pandemi Covid-19. Tepatnya pada tahun 2018 lalu. Hanya dalam waktu delapan bulan, masjid sudah berdiri megah.
Kalaupun ada yang kurang, mungkin tinggal melengkapinya dengan taman-taman cantik dan warna-warni lampu. Dengan demikian, panorama makin terlihat estetik.
Pemilihan nama masjid
Abdul Hamid Al Faqih menjadi nama masjid perahu. Ya, Abdul Hamid adalah putra kedua ulama besar pada zamannya. Yakni, KH Moch Faqih Maskumambang dari istri pertama Nyai Nur Khadijah putri dari KH Mochamad Akhyat, pengasuh Pesantren Kebundalem, dekat wilayah Pegirian, Ampel, Surabaya.
KH Faqih Maskumambang yang lahir pada 1857 M merupakan salah seorang tokoh yang turut berperan dalam pendirian Nahdlatul Ulama (NU). Saat itu, KH Faqih juga menjadi pengasuh Pesantren Maskumambang, di wilayah Kecamatan Dukun.
Sejumlah literatur menyebut, saat kelahiran NU pada 1926, Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari menjabat sebagai Rais Akbar (posisi tertinggi), sedangkan KH Faqih Maskumambang sebagai wakil rais akbar atau orang kedua.
Dua tokoh di antara nama-nama ulama masyhur di Pulau Jawa yang melahirkan banyak santri, yang kelak santri itu juga menjadi ulama besar dengan pesantrennya yang tersebar di segenap penjuru tanah air.
Sementara itu, semasa hidup, KH Abdul Hamid juga memiliki andil besar dalam sejarah kelahiran NU bersama orang tuanya. Bahkan, sebelum nama Nahdlatul Ulama disepakati, KH Abdul Hamid disebut mengusulkan nama lain: Nuhudlul Ulama.
KH Abdul Hamid juga tokoh pendiri NU di Gresik, tidak lama setelah NU pusat berdiri di Surabaya pada 1926 itu. Dalam perjalanannya, penerus estafet Pesantren Maskumambang memang bukan ke KH Abdul Hamid.
Namun, KH Ammar Faqih, putra keempat KH Faqih atau adik kandung KH Abdul Hamid. Sepeninggalnya, pesantren lantas diasuh KH Najikh Ahjad, anak menantu dari KH Ammar.
Adapun penyandang dana utama dalam pembangunan masjid perahu adalah H Muhammad Sakhr, salah seorang putra dari KH Abdul Hamid Faqih. ‘’Kabarnya, beliau (H Muhammad Sakhr, Red) adalah seorang pengusaha muslim yang tinggal di Jakarta,’’ kata Ihsan.
Menurut Ihsan, masjid perahu dibangun di Desa Banyuurip lantaran atas usul dari salah seorang tokoh masyarakat yang dekat dengan H Muhammad Sakhr. Perahu itu sekaligus sebagai simbolisasi perjuangan KH Abdul Hamid ketika berdakwah di daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo.
“Tempat tinggal KH Abdul Hamid dan keluarga itu kan berada di Kecamatan Dukun yang dekat Bengawan Solo. Dulu, belum masih ada jembatan, maka perahu itu menjadi sarana transportasi beliau,’’ tambah Ihsan.
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber:
jatim.nu.or.id