Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Kudus- Desa Dasun adalah salah satu desa wisata di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Siapa sangka, Desa Dasun ini ternyata juga menyimpan sejarah masa lalu sebagai pusat pembuatan kapal.

Melansir dari laman kemenparekraf.go.id, Jumat (15/4/2022), konon Dasun adalah sebuah desa tua yang berada di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang. Keberadaan Dasun ternyata sudah ada sejak zaman Kerajaan Pucangsulo, sebuah kerajaan kuno cikal bakal kerajaan-kerajaan di Jawa.

Sejak abad ke-13, Dasun sudah menjadi pusat produksi kapal bagi Kerajaan Majapahit. Pembuatan kapal di Dasun diperuntukan bagi keperluan militer dan perdagangan.

Baca juga: Mengenal Tiga Klenteng Tua di Lasem

Pengawasan pembuatan kapal-kapal tersebut langsung dipimpin oleh Prabu Rajasa Wardana yang merupakan suami dari Bhre Lasem sendiri, yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Laut Majapahit.

Sejarah galangan kapal di Dasun tidak berhenti sampai di situ. Pada masa Kesultanan Demak, Galangan Kapal Dasun masih tetap eksis. Diduga berhasil menyelesaikan 100 kapal bagi Kesultanan Demak yang melakukan ekspedisi ke Malaka untuk melawan Portugis dipimpin langsung oleh Adipati Unus.

Pada zaman Hindia Belanda, Dasun semakin eksis dengan dibukanya sungai baru yang disodetkan dari Sungai Lasem yang dulunya bermuara di Kaeringan diubah ke Muara Dasun. Keberadaan Belanda di Dasun juga dibuktikan dengan peninggalan Bong Belanda atau Makam Belanda di sebelah selatan lapangan Dasun.Itulah Dasun, Desa bahari yang menyimpan sejarah yang begitu banyak. Muara Sungainya adalah saksi bisu masuknya Opium dari luar dan didistribusikan ke seluruh Nusantara. Dock-dock kapal yang masih tersisa juga merupakan saksi bagaimana keuletan dan terampilan penduduk membuat kapal-kapal yang mampu berlayar ke seluruh dunia.Dengan melihat potensi-potensi di atas, Dasun menuju Desa Wisata adalah sebuah keniscayaan. Karena di Dasun ada Peninggalan sejarah berupa dok dan galangan kapal, Sungai, Mangrove, Pantai, Tambak, Anco, Terasi, Bandeng, Rajungan, dan Penduduk nelayan menyatu menjadi sebuah harmoni desa pesisir yang elok.  Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: kemenparekraf.go.id

Baca Juga

Komentar

Terpopuler