Ini Tiga Ibadah dan Amalan Rasulullah pada Sepuluh Hari Terakhir Ramadan
Murianews
Jumat, 22 April 2022 22:45:51
MURIANEWS, Kudus- Tanpa terasa, bulan Ramadan 1443 H telah memasuki sepuluh hari terakhir. Pada, waktu ini, diyakini terdapat satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yakni Lailatul Qadar.
Hanya saja Rasulullah SAW tidak menjelaskan secara pasti kapan terjadi Lailatul Qadar. Tujuan dari perahasiaan kedatangan malam ini adalah agar umat Islam selalu beribadah dan memperbanyak amal saleh sembari berharap bertemu Lailatul Qadar.
Melansir dari laman
NU Online, Jumat (22/4/2022), kehadiran Lailatul Qadar ditunggu siapapun. Ia merupakan malam penuh berkah dan kemuliaan. Beribadah pada malam tersebut dianggap lebih baik ketimbang beribadah di bulan lain, sekalipun selama seribu bulan.
Baca juga: Doa Puasa Hari ke-21 dan Doa Rasulullah SAW saat Lailatul QadarTak ada yang mengetahui pasti kapan terjadinya peristiwa tersebut setiap tahunnya. Namun, satu hal yang pasti, Muslim di seluruh dunia diperintahkan untuk lebih meningkatkan ibadahnya.
Syekh Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya, Fathul Mu’in, menjelaskan bahwa ada tiga amalan utama untuk mengisi hari-hari di fase sepertiga terakhir Ramadan.
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah memperbanyak sedekah. Langkah ini dapat diwujudkan guna mencukupi kebutuhan keluarga, berbagi dengan sesama, khususnya kerabat dan tetangga.
Sedekah itu dapat ditunaikan dalam berbagai bentuk. Misalnya, menyediakan buka puasa bagi masyarakat yang tengah menjalaninya, walaupun hanya dengan segelas air. Hal ini tentu sangat berarti bagi saudara-saudara yang tengah membutuhkan.
Selain itu, langkah kedua yang dapat dilakukan untuk memperbanyak ibadah di fase sepertiga terakhir adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an. Kegiatan ibadah membaca Al-Qur'an ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, kecuali di tempat-tempat yang dilarang, seperti toilet mengingat tempatnya najis, dan lainnya.
Imam Syarofuddin An-Nawawi menjelaskan bahwa membaca Al-Qur'an di akhir malam lebih baik ketimbang awal malam. Secara lebih khusus, membaca Al-Qur'an yang paling baik di siang hari adalah setelah salat shubuh.
Syekh Sayid Abu Bakar Syatha dalam I’anatut Thalibin menambahkan bahwa membaca Al-Qur'an di malam hari lebih utama daripada siang hari karena lebih fokus.Adapun hal terakhir yang disarankan Syekh Zainuddin adalah memperbanyak i’tikaf di sepuluh terakhir Ramadan. Sebab, Rasulullah SAW melakukan hal tersebut sebagai bentuk meningkatkan ibadahnya, i’tikaf ini.Meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19, i’tikaf tetap dapat dilakukan. Sebagian ulama mazhab Syafi’i memperbolehkan i'tikaf di ruangan dalam rumah yang dikhususkan untuk salat. Hal ini disepadankan dengan prinsip 'jika salat sunnah saja yang paling utama dilakukan di rumah, maka i’tikaf di rumah semestinya bisa dilakukan'.Selain itu, Rasulullah SAW juga menghidupkan malam-malam Ramadan. Dalam Shahih Muslim, Sayidah Aisyah ra mengaku menyaksikan Nabi beribadah selama Ramadan hingga menjelang Subuh.Bahkan, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW selalu membangunkan keluarganya dalam sepuluh malam terakhir. Hal itu menunjukkan saking istimewanya malam-malam tersebut.Rasulullah SAW juga mengencangkan ikat pinggang pada malam-malam tersebut agar dapat menghindarkan diri dari tempat tidur dan menggauli istrinya. Dengan itu, Rasulullah dapat lebih fokus menjalani ibadah malamnya.Lebih dari itu, Rasulullah SAW juga mandi dan membersihkan diri, merapikan pakaian serta memakai wangi-wangian menjelang waktu isya selama sepuluh hari terakhir Ramadan. Hal ini dengan harapan memperoleh Lailatul Qadar, begitulah keterangan Ibnu Jarir. Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber:
nu.or.id
[caption id="attachment_286474" align="alignleft" width="1280"]

Foto: Ilustrasi orang i'tikaf (pixabay.com)[/caption]
MURIANEWS, Kudus- Tanpa terasa, bulan Ramadan 1443 H telah memasuki sepuluh hari terakhir. Pada, waktu ini, diyakini terdapat satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan, yakni Lailatul Qadar.
Hanya saja Rasulullah SAW tidak menjelaskan secara pasti kapan terjadi Lailatul Qadar. Tujuan dari perahasiaan kedatangan malam ini adalah agar umat Islam selalu beribadah dan memperbanyak amal saleh sembari berharap bertemu Lailatul Qadar.
Melansir dari laman
NU Online, Jumat (22/4/2022), kehadiran Lailatul Qadar ditunggu siapapun. Ia merupakan malam penuh berkah dan kemuliaan. Beribadah pada malam tersebut dianggap lebih baik ketimbang beribadah di bulan lain, sekalipun selama seribu bulan.
Baca juga: Doa Puasa Hari ke-21 dan Doa Rasulullah SAW saat Lailatul Qadar
Tak ada yang mengetahui pasti kapan terjadinya peristiwa tersebut setiap tahunnya. Namun, satu hal yang pasti, Muslim di seluruh dunia diperintahkan untuk lebih meningkatkan ibadahnya.
Syekh Zainuddin al-Malibari dalam kitabnya, Fathul Mu’in, menjelaskan bahwa ada tiga amalan utama untuk mengisi hari-hari di fase sepertiga terakhir Ramadan.
Hal pertama yang bisa dilakukan adalah memperbanyak sedekah. Langkah ini dapat diwujudkan guna mencukupi kebutuhan keluarga, berbagi dengan sesama, khususnya kerabat dan tetangga.
Sedekah itu dapat ditunaikan dalam berbagai bentuk. Misalnya, menyediakan buka puasa bagi masyarakat yang tengah menjalaninya, walaupun hanya dengan segelas air. Hal ini tentu sangat berarti bagi saudara-saudara yang tengah membutuhkan.
Selain itu, langkah kedua yang dapat dilakukan untuk memperbanyak ibadah di fase sepertiga terakhir adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an. Kegiatan ibadah membaca Al-Qur'an ini dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, kecuali di tempat-tempat yang dilarang, seperti toilet mengingat tempatnya najis, dan lainnya.
Imam Syarofuddin An-Nawawi menjelaskan bahwa membaca Al-Qur'an di akhir malam lebih baik ketimbang awal malam. Secara lebih khusus, membaca Al-Qur'an yang paling baik di siang hari adalah setelah salat shubuh.
Syekh Sayid Abu Bakar Syatha dalam I’anatut Thalibin menambahkan bahwa membaca Al-Qur'an di malam hari lebih utama daripada siang hari karena lebih fokus.
Adapun hal terakhir yang disarankan Syekh Zainuddin adalah memperbanyak i’tikaf di sepuluh terakhir Ramadan. Sebab, Rasulullah SAW melakukan hal tersebut sebagai bentuk meningkatkan ibadahnya, i’tikaf ini.
Meskipun dalam kondisi pandemi Covid-19, i’tikaf tetap dapat dilakukan. Sebagian ulama mazhab Syafi’i memperbolehkan i'tikaf di ruangan dalam rumah yang dikhususkan untuk salat. Hal ini disepadankan dengan prinsip 'jika salat sunnah saja yang paling utama dilakukan di rumah, maka i’tikaf di rumah semestinya bisa dilakukan'.
Selain itu, Rasulullah SAW juga menghidupkan malam-malam Ramadan. Dalam Shahih Muslim, Sayidah Aisyah ra mengaku menyaksikan Nabi beribadah selama Ramadan hingga menjelang Subuh.
Bahkan, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW selalu membangunkan keluarganya dalam sepuluh malam terakhir. Hal itu menunjukkan saking istimewanya malam-malam tersebut.
Rasulullah SAW juga mengencangkan ikat pinggang pada malam-malam tersebut agar dapat menghindarkan diri dari tempat tidur dan menggauli istrinya. Dengan itu, Rasulullah dapat lebih fokus menjalani ibadah malamnya.
Lebih dari itu, Rasulullah SAW juga mandi dan membersihkan diri, merapikan pakaian serta memakai wangi-wangian menjelang waktu isya selama sepuluh hari terakhir Ramadan. Hal ini dengan harapan memperoleh Lailatul Qadar, begitulah keterangan Ibnu Jarir.
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber:
nu.or.id