Bunga Terompet Bisa untuk Obat tapi Ada Efek Sampingnya yang Perlu Diketahui
Murianews
Jumat, 30 Desember 2022 15:59:06
Bunga terompet merupakan salah satu jenis tanaman bunga yang digunakan dalam industri pengobatan. Baik daun maupun bunganya bisa digunakan sebagai obat.
Namun, mengonsumsi
bunga terompet untuk obat juga bisa mendatangkan efek samping. Antara lain, bisa menyebabkan halusinasi dan menimbulkan euforia. Bunga ini juga mengandung bahan kimia yang menyebabkan efek pengeringan, memengaruhi kinerja otak, dan jantung.
Baca juga: Ini Manfaat Hubungan Intim untuk Kecantikan, Pasangan Suami Istri Wajib Tahu!Melansir dari Halodoc, Jumat (30/12/2022), tanaman ini kerap digunakan sebagai pengobatan tradisional. Penduduk Meksiko dan sebagian suku yang tinggal di tepian Sungai Amazon menggunakannya untuk beberapa kondisi kesehatan, mulai dari asma, malaria, sampai sakit telinga.
Bila dibuat sebagai salep, bunga ini dapat mengobati luka bakar dan nyeri rematik.
Meski begitu, bunga ini dapat memberikan efek samping.
Alkaloid tertentu pada daun, bunga, dan bijinya dianggap beracun. Antara lain atropin, skopolamin, dan hyoscyamine.
Ketiga senyawa tersebut antikolinergik, yang artinya mereka memblokir neurotransmitter asetilkolin, senyawa yang bertanggung jawab untuk transmisi saraf di sistem saraf. Akibatnya, senyawa antikolinergik dapat menghambat sistem saraf parasimpatis dan memengaruhi jantung, sistem pencernaan, dan lainnya.
Makan bunga terompet dalam jumlah tertentu dapat mengakibatkan kematian akibat keracunan. Bunga ini telah diteliti dapat menyebabkan beberapa gejala yang berkaitan dengan perubahan persepsi, termasuk kebingungan, delirium, pikiran yang mengembara, serta halusinasi pendengaran dan visual.
Menurut U.S. National Institute on Drug Abuse, halusinogen adalah zat yang mengubah pikiran, perasaan, dan kesadaran seseorang. Obat halusinogen menyebabkan halusinasi, yaitu sensasi sensorik yang tampak nyata tetapi sebenarnya tidak.
Adapun gejala keracunan bunga terompet yang paling umum adalah:
- Pupil berdilatasi (ukuran melebihi normal).
- Penglihatan kabur.
- Gastroparesis.
- Kembung.
- Kelemahan otot.
- Halusinasi.
- Kelumpuhan.
- Detak jantung cepat (takikardia).
- Detak jantung cepat (takikardia).
- Hilang ingatan.
- Kegagalan pernapasan.
- Perubahan emosi.
- Perubahan mental
Banyak dari gejala ini bervariasi dalam tingkat keparahan tergantung pada seberapa banyak tanaman yang tertelan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dalam kasus keracunan bunga terompet, senyawa beracun dosis tinggi yang ditemukan di tanaman dapat menyebabkan kematian.
Penggunaan Bunga Terompet untuk Industri Medis ModernMeski memiliki efek samping, pengolahan yang tepat, dapat membuat tanaman ini berguna untuk mengatasi gangguan kesehatan. Pengobatan modern mengolah bunga ini untuk beberapa kondisi yaitu:
- Mual.
- Alergi.
- Asma.
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
- Keringat berlebih (hiperhidrosis).
- Penyakit kardiovaskular.
- Penyakit parkinson.
- Inkontinensia urine.
- Gangguan tidur.
- Depresi.
- Gangguan kesehatan mata.
Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: halodoc.com
Murianews, Kudus – Bunga terompet yang memiliki warna cantik memang membikin orang suka. Bunga ini biasanya mudah ditemukan di semak-semak dan di sepanjang aliran sungai.
Bunga terompet merupakan salah satu jenis tanaman bunga yang digunakan dalam industri pengobatan. Baik daun maupun bunganya bisa digunakan sebagai obat.
Namun, mengonsumsi
bunga terompet untuk obat juga bisa mendatangkan efek samping. Antara lain, bisa menyebabkan halusinasi dan menimbulkan euforia. Bunga ini juga mengandung bahan kimia yang menyebabkan efek pengeringan, memengaruhi kinerja otak, dan jantung.
Baca juga: Ini Manfaat Hubungan Intim untuk Kecantikan, Pasangan Suami Istri Wajib Tahu!
Melansir dari Halodoc, Jumat (30/12/2022), tanaman ini kerap digunakan sebagai pengobatan tradisional. Penduduk Meksiko dan sebagian suku yang tinggal di tepian Sungai Amazon menggunakannya untuk beberapa kondisi kesehatan, mulai dari asma, malaria, sampai sakit telinga.
Bila dibuat sebagai salep, bunga ini dapat mengobati luka bakar dan nyeri rematik.
Meski begitu, bunga ini dapat memberikan efek samping.
Alkaloid tertentu pada daun, bunga, dan bijinya dianggap beracun. Antara lain atropin, skopolamin, dan hyoscyamine.
Ketiga senyawa tersebut antikolinergik, yang artinya mereka memblokir neurotransmitter asetilkolin, senyawa yang bertanggung jawab untuk transmisi saraf di sistem saraf. Akibatnya, senyawa antikolinergik dapat menghambat sistem saraf parasimpatis dan memengaruhi jantung, sistem pencernaan, dan lainnya.
Makan bunga terompet dalam jumlah tertentu dapat mengakibatkan kematian akibat keracunan. Bunga ini telah diteliti dapat menyebabkan beberapa gejala yang berkaitan dengan perubahan persepsi, termasuk kebingungan, delirium, pikiran yang mengembara, serta halusinasi pendengaran dan visual.
Menurut U.S. National Institute on Drug Abuse, halusinogen adalah zat yang mengubah pikiran, perasaan, dan kesadaran seseorang. Obat halusinogen menyebabkan halusinasi, yaitu sensasi sensorik yang tampak nyata tetapi sebenarnya tidak.
Adapun gejala keracunan bunga terompet yang paling umum adalah:
- Pupil berdilatasi (ukuran melebihi normal).
- Penglihatan kabur.
- Gastroparesis.
- Kembung.
- Kelemahan otot.
- Halusinasi.
- Kelumpuhan.
- Detak jantung cepat (takikardia).
- Hilang ingatan.
- Kegagalan pernapasan.
- Perubahan emosi.
- Perubahan mental
Banyak dari gejala ini bervariasi dalam tingkat keparahan tergantung pada seberapa banyak tanaman yang tertelan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dalam kasus keracunan bunga terompet, senyawa beracun dosis tinggi yang ditemukan di tanaman dapat menyebabkan kematian.
Penggunaan Bunga Terompet untuk Industri Medis Modern
Meski memiliki efek samping, pengolahan yang tepat, dapat membuat tanaman ini berguna untuk mengatasi gangguan kesehatan. Pengobatan modern mengolah bunga ini untuk beberapa kondisi yaitu:
- Mual.
- Alergi.
- Asma.
- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
- Keringat berlebih (hiperhidrosis).
- Penyakit kardiovaskular.
- Penyakit parkinson.
- Inkontinensia urine.
- Gangguan tidur.
- Depresi.
- Gangguan kesehatan mata.
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber: halodoc.com