Kamis, 20 November 2025


Perhatian yang tinggi ini bisa dilihat dengan adanya peringatan Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day. Peringatan ini biasa dilakukan pada minggu terakhir bulan Januari. Untuk tahun 2023, peringatan Hari Kusta Sedunia jatuh pada Minggu tanggal 29 Januari.

Peringatan Hari Kusta Sedunia ini dilakukan sebagai upaya menghilangkan diskriminasi terhadap pengidap kusta dan sebagai bentuk kepedulian atas kesehatan serta bahayanya penyakit kusta.

Baca juga: Sejarah Hari Kusta Kenapa Diperingati Akhir Januari

Melansir dari Halodoc, Senin (30/1/2023), pada tahun 2020, Indonesia masih menjadi salah satu penyumbang kasus kusta terbesar di dunia menurut WHO. Tercatat sebanyak 9.061 kasus baru dari penyakit ini ditemukan di Indonesia. Meski sebetulnya mengalami penurunan, sayangnya angka ini masih jauh dari target pemerintah.

Faktanya, kusta adalah penyakit yang rentan terjadi pada anak. Mengutip data dari Kementerian Kesehatan pada 13 Januari 2021, angka kasus gangguan ini pada anak-anak mencapai 9,14 persen. Maka dari itu, setiap orang tua perlu tahu cara mencegah kusta sebelum menyerang anak.

Kusta bisa juga disebut dengan penyakit Hansen. Ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Mikroorganisme itu memengaruhi mata, kulit, selaput lendir, dan saraf.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 208.000 orang menderita kusta di seluruh dunia. Sebagian besar kasusnya ditemukan di Asia dan Afrika.

Penyakit ini dapat memengaruhi seseorang dari segala usia dan paling umum dialami oleh orang berusia 15 atau lebih dari 30 tahun. Beberapa jenisnya, yakni kusta tuberkuloid, kusta lepromatosa, dan kusta borderline.

Jenis Kusta dan Gejala pada Pengidapnya

Berikut beberapa jenis kusta yang kamu perlu tahu:

Kusta tuberkuloid, kusta lepromatosa, dan kusta borderline

Begini penjelasan dari ketiga jenis kusta tersebut:

1. Kusta tuberkuloid

Meski mengidap kusta, pengidapnya masih memiliki respon imun yang baik. Gejalanya ditandai dengan sedikit lesi kulit. Meski menular, risikonya kecil dan hanya terjadi dalam intensitas ringan.

2. Kusta lepromatous

Untuk jenis kusta yang ini, pengidapnya memiliki respon imun yang buruk. Jenis kusta ini bisa memengaruhi kulit, saraf, dan organ lain dalam tubuh. Gejalanya berupa lesi, termasuk nodul atau benjolan besar di kulit.

3. Kusta borderline

Pengidap memiliki gejala dari gabungan dua jenis kusta sebelumnya, yakni tuberkuloid dan lepromatous. Jika terdeteksi lebih awal, gejala bisa membaik dan epengidap dapat sembuh seutuhnya.

Klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

WHO mengklasifikasikan dari jenis dan jumlah area kulit yang terkena:

1. Paucibacillary Ini ditandai dengan lebih dari lima lesi. Tapi, tidak ada bakteri yang terdeteksi pada sampel kulit pengidap.2 .MultibasilerIni ditandai dengan lebih dari lima lesi. Bakteri juga terdeteksi di lapisan kulit pengidap.Klasifikasi Ridley-JoplingStudi klinis menggunakan sistem Ridley-Jopling memiliki lima klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan gejala.1. Kusta tuberkuloidTerdiri dari beberapa lesi datar dan mati rasa di kulit. Gejala bisa sembuh dengan sendirinya atau berkembang menjadi semakin parah.2. Kusta borderline Lesi tampak mirip dengan jenis tuberkuloid, tapi muncul dalam jumlah lebih banyak. Gejala bisa bertahan atau berubah menjadi semakin parah.3. Kusta mid-borderlineGejala dari jenis kusta ini adalah plak kemerahan, mati rasa, pembengkakan kelenjar getah bening, dan kerusakan saraf. Tandanya bisa bertahan atau berubah menjadi semakin parah.4. Kusta borderline lepromatous Gejala bisa ditandai dengan munculnya banyak lesi, termasuk lesi datar, plak, dan benjolan besar, serta mati rasa. Tandanya bisa bertahan atau berubah menjadi semakin parah.5. Kusta lepromatousGejala ditandai dengan lesi yang berisi bakteri, rambut rontok, cacat, penebalan saraf tepi, dan kelemahan anggota tubuh.Itulah beberapa jenis kusta dan gejala yang dialami oleh pengidapnya. Upaya pencegahannya, yakni menghindari kontak fisik dengan pengidap dan menjaga kesehatan serta kebersihan kulit. Kamu juga bisa mengonsumsi multivitamin yang dibutuhkan guna membantu meningkatkan kekebalan tubuh.  Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: halodoc.com

Baca Juga

Komentar

Terpopuler