Catat! Bayi Sebaiknya Jangan Dikasih Madu ya, Ini Alasannya
Murianews
Senin, 6 Maret 2023 18:35:10
Meski demikian, banyak orang tua yang mencoba memberikan makanan lain pada anak bayinya. Salah satunya adalah madu yang dianggap mendatangkan manfaat bagi bayi.
Namun, orang tua sebaiknya jangan memberikan
madu pada sang buah hati. Kenapa demikian?
Baca juga: Ini Manfaat Madu Hitam untuk Kesehatan Tubuh, Lupakan Rasanya yang PahitMelansir dari Halodoc, Senin (6/3/2023), madu mengandung spora bakteri yang disebut dengan Clostridium botulinum. Saat dikonsumsi oleh bayi, dapat mengalami botulisme, kondisi yang menyebabkan gangguan berbahaya yang dapat menyerang saraf pada tubuh.
Gangguan ini dapat menyebabkan kelemahan otot, tangisan yang lemah, dan kesulitan untuk bernapas. Beberapa gejala lainnya yang bisa dirasakan, antara lain:
1. Sembelit, kerap menjadi tanda paling awal yang dialami.
2. Otot yang melemah, seperti pada wajah, lengan, kaki, hingga leher.
3. Kesulitan menelan dengan air liur yang menumpuk.
4. Tidak seaktif biasanya.
Anak yang tidak sengaja mengonsumsi madu sebaiknya diawasi, saat mengalami masalah harus segera mendapatkan penanganan dari ahlinya. Botulisme pada bayi biasanya terjadi pada bayi dengan berusia 3 minggu hingga 6 bulan.
Meski begitu, untuk menghindari risiko yang berbahaya, sebaiknya tidak memberikan madu hingga Si Kecil genap berusia satu tahun. Bahkan ada juga yang menyarankan tidak memberikan madu pada anak hingga usianya dua tahun.
Cara Mengatasi Botulisme pada BayiBayi yang mengalami masalah disebabkan oleh madu ini membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Para ahli medis akan berusaha membatasi dampak buruk dari racun yang masuk pada tubuh bayi.Dokter juga dapat mengatasi racun dengan memberikan antitoksin botulism immune globulin intravena (BIGIV) yang harus dilakukan sesegera mungkin. BIGIV dapat membuat tubuh pulih lebih cepat, sehingga tidak membutuhkan perawatan lebih lama di rumah sakit.Jika racun pada madu sudah mengganggu otot pernapasan, bayi mungkin perlu diberikan ventilator selama beberapa minggu. Apabila sudah memengaruhi otot menelan, bayi biasanya membutuhkan pemberian cairan intravena melalui selang untuk mendapatkan makanan.
Hal yang Perlu Dipahami Terkait Madu untuk BayiMadu memang dapat menjadi salah satu asupan tambahan yang sangat baik bagi bayi, tetapi perlu menunggu hingga anak berusia 12 bulan. Jika anak belum cukup usia, pastikan untuk menghindari madu cair dan berbagai makanan yang diproses menggunakan madu.Botulisme pada bayi tidak dapat ditularkan melalui ASI, sehingga ibu tetap boleh mengonsumsi madu saat menyusui. Lalu, jika anak terserang botulisme, ibu tetap perlu menyusui atau memberikan ASI yang sudah diperah pada bayi yang sedang sakit.Maka dari itu, setiap orangtua perlu berhati-hati terhadap berbagai makanan yang diberikan pada anak. Biasakan untuk memeriksa produk label makanan dan memastikan tidak ada kandungan madu di dalamnya. Agar lebih pasti, ibu bisa memastikannya pada dokter, sehingga botulisme bisa dihindari. Penulis: Dani AgusEditor: Dani AgusSumber: halodoc.com
Murianews, Kudus – Seorang bayi hendaknya tidak boleh diberikan makanan secara asal. Makanan terbaik bagi bayi sudah pasti adalah Air Susu Ibu (ASI).
Meski demikian, banyak orang tua yang mencoba memberikan makanan lain pada anak bayinya. Salah satunya adalah madu yang dianggap mendatangkan manfaat bagi bayi.
Namun, orang tua sebaiknya jangan memberikan
madu pada sang buah hati. Kenapa demikian?
Baca juga: Ini Manfaat Madu Hitam untuk Kesehatan Tubuh, Lupakan Rasanya yang Pahit
Melansir dari Halodoc, Senin (6/3/2023), madu mengandung spora bakteri yang disebut dengan Clostridium botulinum. Saat dikonsumsi oleh bayi, dapat mengalami botulisme, kondisi yang menyebabkan gangguan berbahaya yang dapat menyerang saraf pada tubuh.
Gangguan ini dapat menyebabkan kelemahan otot, tangisan yang lemah, dan kesulitan untuk bernapas. Beberapa gejala lainnya yang bisa dirasakan, antara lain:
1. Sembelit, kerap menjadi tanda paling awal yang dialami.
2. Otot yang melemah, seperti pada wajah, lengan, kaki, hingga leher.
3. Kesulitan menelan dengan air liur yang menumpuk.
4. Tidak seaktif biasanya.
Anak yang tidak sengaja mengonsumsi madu sebaiknya diawasi, saat mengalami masalah harus segera mendapatkan penanganan dari ahlinya. Botulisme pada bayi biasanya terjadi pada bayi dengan berusia 3 minggu hingga 6 bulan.
Meski begitu, untuk menghindari risiko yang berbahaya, sebaiknya tidak memberikan madu hingga Si Kecil genap berusia satu tahun. Bahkan ada juga yang menyarankan tidak memberikan madu pada anak hingga usianya dua tahun.
Cara Mengatasi Botulisme pada Bayi
Bayi yang mengalami masalah disebabkan oleh madu ini membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit. Para ahli medis akan berusaha membatasi dampak buruk dari racun yang masuk pada tubuh bayi.
Dokter juga dapat mengatasi racun dengan memberikan antitoksin botulism immune globulin intravena (BIGIV) yang harus dilakukan sesegera mungkin. BIGIV dapat membuat tubuh pulih lebih cepat, sehingga tidak membutuhkan perawatan lebih lama di rumah sakit.
Jika racun pada madu sudah mengganggu otot pernapasan, bayi mungkin perlu diberikan ventilator selama beberapa minggu. Apabila sudah memengaruhi otot menelan, bayi biasanya membutuhkan pemberian cairan intravena melalui selang untuk mendapatkan makanan.
Hal yang Perlu Dipahami Terkait Madu untuk Bayi
Madu memang dapat menjadi salah satu asupan tambahan yang sangat baik bagi bayi, tetapi perlu menunggu hingga anak berusia 12 bulan. Jika anak belum cukup usia, pastikan untuk menghindari madu cair dan berbagai makanan yang diproses menggunakan madu.
Botulisme pada bayi tidak dapat ditularkan melalui ASI, sehingga ibu tetap boleh mengonsumsi madu saat menyusui. Lalu, jika anak terserang botulisme, ibu tetap perlu menyusui atau memberikan ASI yang sudah diperah pada bayi yang sedang sakit.
Maka dari itu, setiap orangtua perlu berhati-hati terhadap berbagai makanan yang diberikan pada anak. Biasakan untuk memeriksa produk label makanan dan memastikan tidak ada kandungan madu di dalamnya. Agar lebih pasti, ibu bisa memastikannya pada dokter, sehingga botulisme bisa dihindari.
Penulis: Dani Agus
Editor: Dani Agus
Sumber: halodoc.com