Rabu, 19 November 2025


Keteladanan dari Rasulullah SAW, banyak yang bisa dipetik. Terutama bagi generasi umat Islam.

Seperti, Rasulullah mengajarkan kita arti pentingnya kejujuran, sifat amanah, bagaimana membangun kecerdasan di dalam berfikir kita dan bagaimana kita untuk menyampaikan hal-hal yang positif, baik dalam lisan, tulisan dan perbuatan itu menjadi sebuah hal yang harus di kedepankan.

Apalagi di era saat ini, nilai-nilai kejujuran adalah fondasi membangun kehidupan beragama dan sosial kemasyarakatan. Nilai-nilai positif ini seharusnya menjadi sebuah landasan kita dalam berinteraksi. Baik berinteraksi sosial, maupun interaksi secara religius.

Nabi Muhammad SAW diutus menjadi Rasullah tidak lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak. Bahkan Allah SWT telah memuji keagungan Rasulullah dengan mengatakan:

وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْمٍ


''Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang baik.'' (QS Al-Qalam [68]: 4).

Maka akhlak ini menjadi cermin bagaimana seorang muslim di mana saja. Termasuk bermedia sosial. Bagaimana dia menulis, membuat status di media sosial dan lain sebagainya. Tulisan-tulisan itu, atau aktivitas di media sosial mencerminkan bagian dari akhlak.

Maka ketika seorang muslim bermedia sosial, harus bisa menjaga adab, etika, menulis dengan sebaik-baiknya, dengan kalimat-kalimat yang santun dan menjauhkan diri dari hal-hal yang negatif. Menghindari ujaran kebecian, saling mencela dan menghina.

Sebagaimana Rasulullah SAW menjaga lisannya, kita dianjurkan diam bila tidak bisa berbicara dengan baik. Dan itu salah satu keteladanan yang dibangun Rasulullah SAW yang harus menjadi hal yang mutlak dilakukan.

Bermedia sosial yang santun ini tidak terpatok kepada sesama umat Islam saja. Tetapi kepada siapapun baik muslim maupun non-muslim. Rasulullah SAW menaruh simpati, hormat dan sangat-sangat santun kepada semua.Contoh ketika ada rombongan orang yang mengangkut jenazah. Kebetulan jenazah itu orang Yahudi. Ketika rombongan itu melewati Rasulullah SAW, beliau serta merta berdiri.Para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, jenazah yang lewat itu adalah orang Yahudi.”Maka Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Apakah orang Yahudi itu bukan manusia? Mereka juga manusia seperti kita.”Kisah ini menunjukkan Rasulullah SAW memberikan penghormatan dengan berdiri walaupun mereka berbeda agama dengan kita. Berdirinya Rasulullah adalah sebagai wujud penghormatan dan sebagai wujud toleransi yang sangat tinggi beliau kepada semua umat manusia.Tidak saling mencela dan mencaci. Tetapi saling menghormati. Ini adalah contoh kongkrit keteladanan yang diberikan Rasulullah kepada para sahabat dan kepada kita. Ini adalah wujud solidaritas sabagai panutan untuk kita semuanya. Reporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler