Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Permintaan Fogging (pengasapan) selalu datang setiap kali muncul kasus Demam Berdarah. Ternyata, fogging punya efek buruk bagi kesehatan tubuh maupun lingkungan lho.

Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kudus sekaligus Kepala Puskesmas Mejobo, Dony Wicaksana mengatakan mindset warga terhadap fogging harus diubah. Sebab, fogging dirasa sudah tidak efektif mengatasi masalah Demam Berdarah.

“Penggunaannya diminimalisir. Karena sudah tidak efektif. Beberapa penelitian mengatakan hal itu. Hanya 60 persen saja nyamuk mati. Tetapi 40 persennya justru bisa membuat nyamuk bermutasi dan semakin kebal dengan fogging,” sambungnya.

Baca juga: Jangan Sembarangan Fogging DBD, Ini Waktu Pelaksanaan yang Tepat

Lebih lanjut, fogging juga tidak dapat membunuh telur maupun larva nyamuk. Setelah fogging, dalam kurun waktu tujuh hari telur nyamuk tetap menetas.

Bahkan, lanjut Dony, bahan yang digunakan untuk fogging mengandung logam berat yang baru bisa terurai 100 tahun. Kandungan logam berat ini dapat memberikan efek kanker pada manusia. Selain itu juga tidak bagus untuk lingkungan.
Bahkan, lanjut Dony, bahan yang digunakan untuk fogging mengandung logam berat yang baru bisa terurai 100 tahun. Kandungan logam berat ini dapat memberikan efek kanker pada manusia. Selain itu juga tidak bagus untuk lingkungan.“Efek logam beratnya kalau terkena tanah bisa membuat tanah menjadi tidak subur. Kalau terkena tumbuhan atau buah bisa jadi terkontaminasi,” sambungnya.Tak hanya itu, efek yang ditimbulkan kepada manusia tidak hanya kanker. Melainkan juga infertilitas atau kemandulan.“Bahan dari logam berat itu kan baru bisa terurai selama 100 tahun. Misal di sekolah ada penyemprotan fogging, ketika tirai atau bangku tidak dibersihkan dari logam berat yang menempel di situ maka akan terhirup oleh siswa terus menerus dan ini tidak bagus untuk kesehatan," pungkasnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler